![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYY2kniQsU1COQjt68ax1VxShjtyNMCrTKP7Htomwe3Shsn-tAroh7zrL0tZ41h6ZpVpkMeXpH7vxJLP58X8o5q2OBx2ZlHSb1rhvevor976Z6naBddYen80fdyUabbV9SRW7f6ToDyqc/s200/12421.png)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibGfgNV_hhfssOTc92iJRPSXOop8tnsTxE1zC387nFWZ5cMBif5EMlWrNrlbKklGSGquE4T30Jdw9pmNmbPpAYJ3kaiIuTzEylirClL1u-k4I-s1lNE_R90E1aVGJDjpylPfcomlAeUAY/s200/MATHNAWI.jpg)
Bicara Mathnawi:
Hari ini kulihat Sang Tercinta, seri semarak segala perkara itu; Ia lepas menuju ke langit bagai ruh Mustafa.
Karena wajah-Nya, matahari menjadi malu, daerah langit terharu-biru sekacau kalbu; lantaran cerlangnya, air dan tanah lempung lebih bercahaya dari api menyala.
Aku berkata, “Berikan padaku tangga, agar aku dapat naik ke langit pula.” Jawab-Nya, “kepalamu ialah tangga; purukkan kepalamu lebih rendah dari kakimu.”
Bila kautempatkan kakimu lebih tinggi dari kepalamu, maka kakimu akan berada di atas kepala bintang-bintang; bila kau menyibak angkasa, injakkan kakimu di angkasa, nah, mulailah!
Seratus jalan ke angkasa—langit pun menjadi jelas bagimu; membubunglah kau di setiap samar fajar ke langit raya, bagai sebuah doa.
- Syaikh Jalaludin al Rumi
No comments:
Post a Comment